Di kalangan teman teman saya mulai dikenal sebagai kolektor radio
jadul. Walaupun sebetulnya semua serba kebetulan. Rupanya diam diam
teman teman juga ikut hunting radio jadul untuk saya. Beberapa hari yang
lalu ada yang menghantarkan radio tabung merk Philip type 359A.
Walaupun
saya tidak tahu tentang tabung, saya terima saja radio itu. Yang
mengherankan saya radio tersebut memiliki kabinet yang besar setinggi
satu meter dari bahan jati kuno. Keadaan bodynya sangat mulus.
Ah...hitung hitung beli mebel kuno, kalaupun radionya sudah rusak
binasa.
Ini penampakan radio Philips 359A.
Pelan
pelan radio saya buka, saya observasi voltage-selectornya, setelah
cocok 220V, nekad saya colok ke jaringan PLN dan ceklek...ON, skala
gelombang dalam bentuk kompaspun menyala. Sebagaimana lazimnya radio
tabung, butuh waktu untuk memanaskan filamen tabungnya sebelum dapat
dioperasikan. Tapi setelah menunggu 10 menit tidak ada bunyi aapa
apa...saya simpulkan radio ini MATI. Waduh...hari gini dimana ada tukang
service radio beginian ya???
Saya browsing mencari
tahu perihal radio Philips 359A ini. busyeeet...ternyata ini radio
produksi Philips Netherland tahun 1932-1933. Berarti ini radio milik
VOC...Belanda. Sedangkan radio philips produksi tahun 1934 saja
dibanggakan disimpan di museun di Eropa...berarti radio saya ini lebih
kuno dan lebih mulus. Sayangnya tidak bunyi alias mati. Tapi dengan
pengetahuan elektronika yang saya miliki saya akan coba untuk
menghidupkan kembali radio ini, istilah kerennya Merestorasi...
Tunggu
berita selanjutnya...mudah mudahan tidak berapa lama lagi radio ini
akan hidup lagi dan para KUMPENI akan heran melihat radio ini bunyi
dengan komponen aslinya. Bisa saja saya isi radio modern ke dalamnya,
tapi tidak anggun lah.....
Monday, 26 August 2013
Radio National Panasonic Model R-441B
Sejak sebulan terakhir ini "penyakitku" kambuh. Yaitu gemar
mengumpulkan barang barang jadul terutama radio jadul, baik transistor
maupun tabung.
Bermula dari iseng iseng di mesin pencari google saya ketik "radio jadul" eh ketemu gambar radio philip tahun 1970an. Saya terkesiap demi melihat gambar itu, karena sewaktu kecil (SD kelas 6) saya dibelikan radio philips 4 band MW, SW-1, SW-2 dan SW-3. Hampir tiap hari radio tersebut menemani saya, sampai saya kuliah di Bandung radio tersebut tidak pernah absen menemani saya belajar, tidur, santai..pokoknya selalu ada di sisiku. Sayangnya radio tersebut tidak dijual sama yang memajang gambarnya. Jadi sambil memandangi gambar radio tersebut , pikiran saya melayang ke masa kecil, remaja dan awal awal kerja. Terlintas kenangan dengan almarhumah Ibu dan almarhum ayah...ahh..tanpa dapat dikontrol air mataku menitik pelan pelan, makin lama makin deras...sayapun larut tenggelam di masa kecil yang indah bersama kedua orang tuaku yang kini telah berada di alam kubur. Mudah mudahan Tuhan mengampuni semua dosa dosa mereka, menerima amal ibadah mereka dan dilipat gandakan pahala mereka.
Karena gagal mendapatkan radio philips tersebut, saya berburu radio apa saja yang penting ada gelombang pendeknya. Dan di pasar loak Pekalongan saya dapatkan radio National Panasonic 4 Band Model R-441B produksi Osaka Japan tahun 1963. (sudah berumur 50 tahun....!)
Ini Penampakannya:
Waktu saya dapatkan radio ini sangat kusam dan dalam kondisi MATI. Dengan sabar radio saya "mandiin" sampa kelihatan kinclong... tapi masih mati. Karena dulu saya juga punya hobi elektronika saya buka kabinetnya, ternyata radio ini masih asli, cuma ada beberapa kabel yang putus dan saklar yang tidak berfungsi. Setelah nyolder kabel kabel yang lepas dan mengganti saklar yang sudah karatan.....ceklek...ON radio berfungsi dengan normal...aduh senengnya...langsung menjelajah ke SW-1 mendengarkan beberapa orang sedang nge-Break di 3.5 MHz (delapan puluh meter), SW-2 ketemu dengan radio Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan di SW-2 ketemu radio Iran....wah rame juga. Cuma sayang radio kesayangan saya seperti BBC dan Radio Australia sudah tidak lagi mengudara di gelombang pendek.
Tapi lumayanlah...kerinduanku sedikit terobati.
Bermula dari iseng iseng di mesin pencari google saya ketik "radio jadul" eh ketemu gambar radio philip tahun 1970an. Saya terkesiap demi melihat gambar itu, karena sewaktu kecil (SD kelas 6) saya dibelikan radio philips 4 band MW, SW-1, SW-2 dan SW-3. Hampir tiap hari radio tersebut menemani saya, sampai saya kuliah di Bandung radio tersebut tidak pernah absen menemani saya belajar, tidur, santai..pokoknya selalu ada di sisiku. Sayangnya radio tersebut tidak dijual sama yang memajang gambarnya. Jadi sambil memandangi gambar radio tersebut , pikiran saya melayang ke masa kecil, remaja dan awal awal kerja. Terlintas kenangan dengan almarhumah Ibu dan almarhum ayah...ahh..tanpa dapat dikontrol air mataku menitik pelan pelan, makin lama makin deras...sayapun larut tenggelam di masa kecil yang indah bersama kedua orang tuaku yang kini telah berada di alam kubur. Mudah mudahan Tuhan mengampuni semua dosa dosa mereka, menerima amal ibadah mereka dan dilipat gandakan pahala mereka.
Karena gagal mendapatkan radio philips tersebut, saya berburu radio apa saja yang penting ada gelombang pendeknya. Dan di pasar loak Pekalongan saya dapatkan radio National Panasonic 4 Band Model R-441B produksi Osaka Japan tahun 1963. (sudah berumur 50 tahun....!)
Ini Penampakannya:
Waktu saya dapatkan radio ini sangat kusam dan dalam kondisi MATI. Dengan sabar radio saya "mandiin" sampa kelihatan kinclong... tapi masih mati. Karena dulu saya juga punya hobi elektronika saya buka kabinetnya, ternyata radio ini masih asli, cuma ada beberapa kabel yang putus dan saklar yang tidak berfungsi. Setelah nyolder kabel kabel yang lepas dan mengganti saklar yang sudah karatan.....ceklek...ON radio berfungsi dengan normal...aduh senengnya...langsung menjelajah ke SW-1 mendengarkan beberapa orang sedang nge-Break di 3.5 MHz (delapan puluh meter), SW-2 ketemu dengan radio Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan di SW-2 ketemu radio Iran....wah rame juga. Cuma sayang radio kesayangan saya seperti BBC dan Radio Australia sudah tidak lagi mengudara di gelombang pendek.
Tapi lumayanlah...kerinduanku sedikit terobati.
Friday, 19 July 2013
Pengalaman Belanja Di bukalapak.com
Tanggal 1 Juli 2013 yang lalu saya beli Radio Philips seharga 450 ribu sesuai iklan di bukalapak.com. Saya sangat bahagia akhirnya saya mendapat radio philips itu sebagai pengganti radio saya yang sudah menemani saya sejak SD sampai lulus kuliah.
Dari iklan dikatakan bahwa radio tersebut kondisinya mulus dan fungsi fungsinya semuanya normal. Tanpa pikir panjang langsung saja, saya melakukan transaksi harga radio 450 ribu dan ongkir 18 raibu. Jadi total yang saya bayar 468 ribu. Hari itu juga saya transfer uang sejumlah itu ke bukala[pak.com. Selang beberapa waktu saya dapat email dari cs bukalapak.com yang memberi konfirmasi bahwa uang yang saya transfer sudah diterima dan barang akan segera dikirim. Namun ada catatan, "apabila dalam waktu tiga hari tidak ada konfirmasi pengiriman, maka uang anda akan kami kembalikan utuh".
Betapa bahagianya saya, sebentar lagi akan menimang radio kesayangan. angan saya melambung menyusuri masa masa sewaktu di SD, SMP, SMA dan Kuliah, saya selalu ditemani radio.
Tunggu punya tunggu sampai tanggal 6 Juli 2013, tidak ada kabar berita apalagi kiriman radio... akhirmya saya kirim email ke cs bukalapak melaporkan perihal tidak adanya konfirmasi pengiriman barang pesanan saya, Selang beberapa waktu saya dapat jawaban " uang anda akan segera kami kembalikan utuh - terima kasih atas kesabarannya". Waduh...betapa kecewanya saya tidak jadi mendapat barang kesayangan saya. Setelah kira kira 5 hari uang saya sudah kembali utuh sebagaimana dijanjikan. Tapi hati dan perasaan saya tetap saja KECEWA. Tidak ada pernyataan maaf atau penyesalan dari pihak bukalapak. Tapi saya masih bisa bersyukur , uang saya kembali utuh. mode: SEDIH...!!!
Dari iklan dikatakan bahwa radio tersebut kondisinya mulus dan fungsi fungsinya semuanya normal. Tanpa pikir panjang langsung saja, saya melakukan transaksi harga radio 450 ribu dan ongkir 18 raibu. Jadi total yang saya bayar 468 ribu. Hari itu juga saya transfer uang sejumlah itu ke bukala[pak.com. Selang beberapa waktu saya dapat email dari cs bukalapak.com yang memberi konfirmasi bahwa uang yang saya transfer sudah diterima dan barang akan segera dikirim. Namun ada catatan, "apabila dalam waktu tiga hari tidak ada konfirmasi pengiriman, maka uang anda akan kami kembalikan utuh".
Betapa bahagianya saya, sebentar lagi akan menimang radio kesayangan. angan saya melambung menyusuri masa masa sewaktu di SD, SMP, SMA dan Kuliah, saya selalu ditemani radio.
Tunggu punya tunggu sampai tanggal 6 Juli 2013, tidak ada kabar berita apalagi kiriman radio... akhirmya saya kirim email ke cs bukalapak melaporkan perihal tidak adanya konfirmasi pengiriman barang pesanan saya, Selang beberapa waktu saya dapat jawaban " uang anda akan segera kami kembalikan utuh - terima kasih atas kesabarannya". Waduh...betapa kecewanya saya tidak jadi mendapat barang kesayangan saya. Setelah kira kira 5 hari uang saya sudah kembali utuh sebagaimana dijanjikan. Tapi hati dan perasaan saya tetap saja KECEWA. Tidak ada pernyataan maaf atau penyesalan dari pihak bukalapak. Tapi saya masih bisa bersyukur , uang saya kembali utuh. mode: SEDIH...!!!
Friday, 12 July 2013
Merestorasi Radio Cassette SONY FH 205 W
Sekarang saya sedang sibuk merestorasi radio tape (midi) SONY FH 205W. Barang ini saya beli sekitar tahun 1990. Waktu itu saya baru diterima kerja di sebuah perusahaan multi national, gaji pertama saya belikan barang ini (foto menyusul)
Sewaktu saya "meninggalkan" rumah, barang ini saya tinggal untuk dipakai adik adik saya. Tapi entah apa yang terjadi, barang ini saya temukan kemarin 10 Juli 2013 (dua puluh tiga tahun kemudian) di gudang rumah kami dalam keadaan terbuka kabinetnya dan penuh debu. Saya kumpulkan part dari kabinetnya dan box speakernya sudah lapuk dibeberapa tempat. Tapi saya tahu barang ini sangat bagus.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari "Service Manual" tape ini. Dan alhamdulillah sudah dapat hasil googling. Sekarang saya mau urutkan sesuai skema. bersambung....
Sewaktu saya "meninggalkan" rumah, barang ini saya tinggal untuk dipakai adik adik saya. Tapi entah apa yang terjadi, barang ini saya temukan kemarin 10 Juli 2013 (dua puluh tiga tahun kemudian) di gudang rumah kami dalam keadaan terbuka kabinetnya dan penuh debu. Saya kumpulkan part dari kabinetnya dan box speakernya sudah lapuk dibeberapa tempat. Tapi saya tahu barang ini sangat bagus.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari "Service Manual" tape ini. Dan alhamdulillah sudah dapat hasil googling. Sekarang saya mau urutkan sesuai skema. bersambung....
Thursday, 4 July 2013
Radio Cassette Recorder
Sekitar tahun 1973 teman main saya Abubakar (keturunan arab) mendapat warisan dari bapaknya cukup banyak. Anehnya meskipun si Abu ini baru berusia 12 tahun warisan itu diserahkan semua kepadanya. Padahal nilainya kalau sekarang setara (mungkin lebih) dengan 200 Juta rupiah. Bayangkan anak sekecil itu membawa uang 200 juta...!!!
Abubakar si raja kecil ini suatu hari main ke rumah saya dengan celana Levis lengkap dengan jacketnya. Dia juga memakai kacamata ray-bend yang waktu itu harganya sangat mahal dan bergengsi. Tak lupa dia juga nenteng radio tape sambil membunyikan lagu "That's the way...I like it" dan lagu "Fly Robin Fly"... ya saya ingat jaman itu lagi ngetop ngetopnya lagu berirama souls. Dada saya berdesir melihat acting si Abu ini, wah betapa enaknya jadi dia...masih kecil sudah bergelimpangan harta. Besoknya dia sudah beli motor trail kecil. Gara gara motor ini dia jadi agak lupa dengan radio tape nya. sehingga barang tersebut lebih banyak berada di rumah saya. Kesempatan emas..saya bisa mendengarkan tape sepuas puasnya.
Saya membayangkan kalau saja saya punya tape ini betapa bahagianya saya. Di kampung saya belum banyak yang punya tape, apalagi semewah tapenya si abu ini. Saya benar benar terobsesi, tapi apa daya kami dari keluarga tidak mampu.
Lima puluh tahun kemudian (baca; sekarang) rupanya angan saya kembali ke tapenya si abu ini. Saya browsing dan lagi lagi saya kaged, tape yang hampir sama dengan punya si abu ada di kolektor radio tape jadul. Tanpa pikir panjang saya beli aja...saya sedang ingin melampiaskan obsesi masa kecil saya yang tidak pernah terwujud dan akan saya wujudkan sekarang...!!! Dendam kesumaaat...!!!
Sekarang radio tape itu sudah di paketkan ke alamat saya kata penjualnya...saya benar benar excited demi menunggu barang itu datang.
Dan akhirnya datanglah barang yang saya idam idamkan itu. Kotak kardus yang dibingkai dengan kayu pengaman saya bongkar pelan pelan sambil penasaran. Setelah box kardus saya buka, langsung saya angkat radio tape JVC yang bodynya masih mulus. Saya coba nyalakan radio ternyata semua band AM, SW-1, SW-2 dan SW-3 kedengarannya berfungsi normal, tapi terlalu noisy, banyak sekali gangguan dari jaringan listrik. Bagi saya ini hal biasa, karena di jaringan listrik rumah saya banyak dipasang perangkat lain seperti TV, AC, pompa air yang kesemuanya ikut andil membuat jaringan listrik jadi "kotor".
Saya coba pemutar kaset, ternyata tidak berfungsi, tapi sempat saya raba di bagian head ada bunyi, ini indikasi awal bahwa rangkaian elektronika tapenya tidak bermasalah. Jadi kemungkinan masalahnya soal karet pemutar dari motor ke kaset. Karena tidak sabar, saya bongkar kabinat tape recorder dan saya perhatikan karet yang menghubungkan motor ke pemutar kaset sudah putus dan rapuh. Saya gunakan karet bekas itu untuk contoh ukuran. Saya ke toko elektronika dan beli karet tape yang sama dengan contoh, ternyata tidak tersedia. Karena karetnya berupa belt lebar dua mili tebal satu milimeter. Yang tersedia karet kotak 1x1mm atau bulat. Ah tidak apa apa, saya beli saya, siapa tahu jalan.
Setelah terpasang karetnya saya coba masukkan kaset dan PLAY...he he he bunyi choy...tapi suaranya agak mengayun tidak karuan dan tidak berapa lama berhenti... waduh...lepas lagi kayaknya... memang benar karet lepas, karena di bagian roda gila (yang porosnya panjang terhubung dengan deck-roll) permukaannya lurus tanpa ada guratan tempat karet. Saya baru sadar mengapa tidak ada jalur untuk karet. Karena karet aslinya berupa belt yang lebar sehingga tidak mudah lepas, sedang yang saya pasang karet bulat atau persegi, jadi mudah lepas. Saya ke pasar loak cari cari roda gila yang ada jalur karetnya, tapi tidak ketemu, akhirnya "si roda gila" aslinya saya bawa ke tukang bubut. Saya minta dibikinkan jalur karet dengan kedalaman 1mm lebar 2mm. Akhirnya saya punya roda gila dengan jalur karet bikinan sendiri (miodifikasi dari aslinya) sehingga saya tidak lagi tergantung kepada karet belt lebar yang sulit dicari. Karet apa saya sekarang bisa dipasang.
Dengan tenangnya saya pasang karet sesuai jalurnya dan PLAY...jalan suara kasetnya juga stabil. Kemudian speednya saya kalibrasi dengan tape deck TECHNIC yang saya punya dengan membandingkan nada (kunci gitar) lagu yang sama diputar bergantian dengan kedua tape deck dan tape JVC. Beruntung pada motor tape JVC ada screw untuk adjust speednya...beres dah...normal. Saya coba "rewind", "Fast Forword (FF)" semua berjalan normal. termasuk record juga normal, jadi saya bisa rekam suara radio hanya dengan menekan tombol record. Hanya existing condenser micnya keliahatannya rusak, tapi tidak masalah, karena tersedia colokan mic yang berfungsi normal. Saya bisa merekam suara saya lewat ekseternal microphone.
Sebelum tape ditutup saya ganti antena telescopic yang sudah putus dan juga kabel power yang putus saya ganti baru. Sekarang saya punya radio tape recorder yang normal, walaupun mono...he he he.
Abubakar si raja kecil ini suatu hari main ke rumah saya dengan celana Levis lengkap dengan jacketnya. Dia juga memakai kacamata ray-bend yang waktu itu harganya sangat mahal dan bergengsi. Tak lupa dia juga nenteng radio tape sambil membunyikan lagu "That's the way...I like it" dan lagu "Fly Robin Fly"... ya saya ingat jaman itu lagi ngetop ngetopnya lagu berirama souls. Dada saya berdesir melihat acting si Abu ini, wah betapa enaknya jadi dia...masih kecil sudah bergelimpangan harta. Besoknya dia sudah beli motor trail kecil. Gara gara motor ini dia jadi agak lupa dengan radio tape nya. sehingga barang tersebut lebih banyak berada di rumah saya. Kesempatan emas..saya bisa mendengarkan tape sepuas puasnya.
Saya membayangkan kalau saja saya punya tape ini betapa bahagianya saya. Di kampung saya belum banyak yang punya tape, apalagi semewah tapenya si abu ini. Saya benar benar terobsesi, tapi apa daya kami dari keluarga tidak mampu.
Lima puluh tahun kemudian (baca; sekarang) rupanya angan saya kembali ke tapenya si abu ini. Saya browsing dan lagi lagi saya kaged, tape yang hampir sama dengan punya si abu ada di kolektor radio tape jadul. Tanpa pikir panjang saya beli aja...saya sedang ingin melampiaskan obsesi masa kecil saya yang tidak pernah terwujud dan akan saya wujudkan sekarang...!!! Dendam kesumaaat...!!!
Sekarang radio tape itu sudah di paketkan ke alamat saya kata penjualnya...saya benar benar excited demi menunggu barang itu datang.
Dan akhirnya datanglah barang yang saya idam idamkan itu. Kotak kardus yang dibingkai dengan kayu pengaman saya bongkar pelan pelan sambil penasaran. Setelah box kardus saya buka, langsung saya angkat radio tape JVC yang bodynya masih mulus. Saya coba nyalakan radio ternyata semua band AM, SW-1, SW-2 dan SW-3 kedengarannya berfungsi normal, tapi terlalu noisy, banyak sekali gangguan dari jaringan listrik. Bagi saya ini hal biasa, karena di jaringan listrik rumah saya banyak dipasang perangkat lain seperti TV, AC, pompa air yang kesemuanya ikut andil membuat jaringan listrik jadi "kotor".
Saya coba pemutar kaset, ternyata tidak berfungsi, tapi sempat saya raba di bagian head ada bunyi, ini indikasi awal bahwa rangkaian elektronika tapenya tidak bermasalah. Jadi kemungkinan masalahnya soal karet pemutar dari motor ke kaset. Karena tidak sabar, saya bongkar kabinat tape recorder dan saya perhatikan karet yang menghubungkan motor ke pemutar kaset sudah putus dan rapuh. Saya gunakan karet bekas itu untuk contoh ukuran. Saya ke toko elektronika dan beli karet tape yang sama dengan contoh, ternyata tidak tersedia. Karena karetnya berupa belt lebar dua mili tebal satu milimeter. Yang tersedia karet kotak 1x1mm atau bulat. Ah tidak apa apa, saya beli saya, siapa tahu jalan.
Setelah terpasang karetnya saya coba masukkan kaset dan PLAY...he he he bunyi choy...tapi suaranya agak mengayun tidak karuan dan tidak berapa lama berhenti... waduh...lepas lagi kayaknya... memang benar karet lepas, karena di bagian roda gila (yang porosnya panjang terhubung dengan deck-roll) permukaannya lurus tanpa ada guratan tempat karet. Saya baru sadar mengapa tidak ada jalur untuk karet. Karena karet aslinya berupa belt yang lebar sehingga tidak mudah lepas, sedang yang saya pasang karet bulat atau persegi, jadi mudah lepas. Saya ke pasar loak cari cari roda gila yang ada jalur karetnya, tapi tidak ketemu, akhirnya "si roda gila" aslinya saya bawa ke tukang bubut. Saya minta dibikinkan jalur karet dengan kedalaman 1mm lebar 2mm. Akhirnya saya punya roda gila dengan jalur karet bikinan sendiri (miodifikasi dari aslinya) sehingga saya tidak lagi tergantung kepada karet belt lebar yang sulit dicari. Karet apa saya sekarang bisa dipasang.
Dengan tenangnya saya pasang karet sesuai jalurnya dan PLAY...jalan suara kasetnya juga stabil. Kemudian speednya saya kalibrasi dengan tape deck TECHNIC yang saya punya dengan membandingkan nada (kunci gitar) lagu yang sama diputar bergantian dengan kedua tape deck dan tape JVC. Beruntung pada motor tape JVC ada screw untuk adjust speednya...beres dah...normal. Saya coba "rewind", "Fast Forword (FF)" semua berjalan normal. termasuk record juga normal, jadi saya bisa rekam suara radio hanya dengan menekan tombol record. Hanya existing condenser micnya keliahatannya rusak, tapi tidak masalah, karena tersedia colokan mic yang berfungsi normal. Saya bisa merekam suara saya lewat ekseternal microphone.
Sebelum tape ditutup saya ganti antena telescopic yang sudah putus dan juga kabel power yang putus saya ganti baru. Sekarang saya punya radio tape recorder yang normal, walaupun mono...he he he.
Memorable Electronic Shop
Sejak saya menemukan gambar gambar radio dan tape jadul, iseng iseng saya ke gudang penyimpanan alat alat elektronik, sound system dan alat musik. Ternyata saya masih banyak menyimpan barang barang elektronik seperti radio, tape deck, amplifier, mixer, ampli gitar, ampli bass, ampli keyboard. Bermacam merk seperti Technic, National, Philips, Peavey, Zoom, Fender, Peoneer, Nakamichi dll.
Kalau ada waktu nanti akan saya foto dan akan saya insert ke artikel ini dan saya lengkapi dengan keterangan tentang kondisi barang tersebut. Kalau perlu saya buka aja lapak dagangan barang barang tersebut disini... tunggu aja.
Kalau ada waktu nanti akan saya foto dan akan saya insert ke artikel ini dan saya lengkapi dengan keterangan tentang kondisi barang tersebut. Kalau perlu saya buka aja lapak dagangan barang barang tersebut disini... tunggu aja.
Radio Kenangan
Entah bermula dari kejadian apa, sejak masih kanak kanak saya punya hobbi mendengarkan radio khususnya gelombang pendek. Sewaktu di SMP saya sudah punya sahabat pena di 27 propinsi (waktu Indonesia terdiri dari 27 propinsi). Keseharian saya selain mendengar radio menulis surat kepada sahabat sahabat pena saya di seluruh Nusantara bahkan sebagaian dari Singapore, Malaysia dan Australia.
Setiap pulang dari sekolah saya selalu ceria karena akan mendapat surat dari teman teman. Saya baca surat surat itu sambil mendengarkan radio RRI acara MPL = musik pelepas lelah dari mbak Hastin Atas Asih atau Ashari Oramahe atau Sazli Rais. Pokok suasana masa itu sungguh menyenangkan dan tidak terlalu banyak beban pikiran. Radio kesayangan saya yang selalu ada di samping bantal saya adalah radio phillips 4 band hadiah waktu saya lulus SD. Radio ini benar benar menemani saya sampai lulus kuliah. Seingat saya terakhir kali radio ini masih saya dengarkan di Bandung Radio OZ, radio Volvo, Radio Ganesha, Radio Continental dan Radio Cheppy...dengan penyiarnya yang konyol Wildan. Walaupun waktu itu casingnya sudah berantakan tapi mesinnya masih bunyi. Karena sudah berantakan radio tersebut saya gantung pakai tali...yang penting bunyi.
Seminggu yang lalu saya iseng iseng browsing, betapa kagetnya saya, ada radio yang sama dengan radio saya dulu lebih sepuluh tahun menemani saya ditawarkan di internet. Tapi sayang disitu tertulis SOLD OUT... Waktu pertama melihat gambar radio tersebut saya terkesiap...alam bawah sadar saya mengumpulkan semua memori terkait dengan radio tersebut...tak sadar mata saya mulai berkaca kaca...alangkah indahnya masa lalu, masa kanak kanak dan remaja. Betapa jauh sudah masa masa itu telah saya lalui.Saya ingin tidur ditemani radio itu lagi,,tapi sayang belum ada lagi yang dijual.
Akhirnya saya menemukan di blog lainnya radio yang mirip dengan itu dan langsung saya beli...saya sedang menunggu barangnya datang on shipment.... saya tidak sabar menunggu...!
Setiap pulang dari sekolah saya selalu ceria karena akan mendapat surat dari teman teman. Saya baca surat surat itu sambil mendengarkan radio RRI acara MPL = musik pelepas lelah dari mbak Hastin Atas Asih atau Ashari Oramahe atau Sazli Rais. Pokok suasana masa itu sungguh menyenangkan dan tidak terlalu banyak beban pikiran. Radio kesayangan saya yang selalu ada di samping bantal saya adalah radio phillips 4 band hadiah waktu saya lulus SD. Radio ini benar benar menemani saya sampai lulus kuliah. Seingat saya terakhir kali radio ini masih saya dengarkan di Bandung Radio OZ, radio Volvo, Radio Ganesha, Radio Continental dan Radio Cheppy...dengan penyiarnya yang konyol Wildan. Walaupun waktu itu casingnya sudah berantakan tapi mesinnya masih bunyi. Karena sudah berantakan radio tersebut saya gantung pakai tali...yang penting bunyi.
Seminggu yang lalu saya iseng iseng browsing, betapa kagetnya saya, ada radio yang sama dengan radio saya dulu lebih sepuluh tahun menemani saya ditawarkan di internet. Tapi sayang disitu tertulis SOLD OUT... Waktu pertama melihat gambar radio tersebut saya terkesiap...alam bawah sadar saya mengumpulkan semua memori terkait dengan radio tersebut...tak sadar mata saya mulai berkaca kaca...alangkah indahnya masa lalu, masa kanak kanak dan remaja. Betapa jauh sudah masa masa itu telah saya lalui.Saya ingin tidur ditemani radio itu lagi,,tapi sayang belum ada lagi yang dijual.
Akhirnya saya menemukan di blog lainnya radio yang mirip dengan itu dan langsung saya beli...saya sedang menunggu barangnya datang on shipment.... saya tidak sabar menunggu...!
Wednesday, 3 July 2013
Teknologi Cepek Monyet
Awalnya saya agak kesulitan membuat judul tulisan ini. Teringat istilah komunitas ngebrik pakai hombrew (pemancar rakitan sendiri) di gelombang 100 meter sekitar frekwensi 3 MHz saya pakai istilah itu untuk judul. Dan memang saya ingin mengenang masa masa menjadi breaker di SW-1 baik 100m maupun 80m band.
Biasanya pecinta radio gelombang pendek sudah tidak asing dengan dunia ngebrik di 3.0 - 4.0 Mhz. Jaman itu sekitar tahun 1970 - 1980 frekwensi itu sangat crowded, apalagi setelah TVRI off-air. Seolah olah ada peraturan tidak tertulis (baca: anggapan) kalau 100m digunakan oleh calon delta (calon anggota radio amatir - radio gelap untuk belajar menjadi amatir radio), dan setelah lulus ujian dan mendapat call sign baru naik ke 80m atau 3.5 - 3.9 Mhz (ini alokasi frekwensi resmi untuk anggota amatir radio dari Telkom).
Bermula dari kegemaran saya mendengar radio gelombang pendek sejak saya kelas 6 Sekolah Dasar, Hampir setiap hari saya mendengarkan Radio Australia seksi Indonesia, BBC London, Radio Nederland, Radio Jerman (Deutche Welle), Radio Malaisia, Radio Veritas Philipina, Radio Arab Saudi, Radio Mesir dan hampir semua RRI se nusantara saya ikuti. Setelah SMP saya mulai tertarik mendengarkan berita BBC, malangnya salah satu frekwensi BBC London berdekatan dengan frekwensi amatir radio yaitu sekitar 3.97 MHz. Jadi siaran dari BBC sering berbenturan dengan orang ngebrik. Dari situlah awal mula saya tertarik mendengarkan orang ngebrik dari orang orang amatir radio seluruh nusantara. Yang masih saya ingat sampai sekarang adalah YC1-JJ (double juliet - dari Sumedang) , YC3-MJ dari Mojoagung). Pemancar mereka bisa sampai manca negara. Entahlah pakai tabung apa mereka...mungkin sejenis 813 diparalel sepuluh buah...!!!
Kalau orang tidak pernah merasakan indahnya memonitor radio amatir tentu kupingnya tidak terlatih membedakan suara suara orang yang sedang berkomunikasi, karena suaranya bercampur aduk dengan suara morse, orang sedang zero-beat dan tuning, dan ratusan pemancar lain yang sedang on-air di frekwensi yang sama atau berdekatan. Istilah pak Krisna (double Juliet) suaranya "cemuit wawewo wawewo" entah bahasa apa itu, tapi saya paham maksudnya crowded bertumpuk tumpuk. Saking seringnya mendengar suara semrawut seperti itu membuat saya merasa nyaman dan bisa jadi penghantar tidur, padahal untuk ukuran orang "normal" suara itu sangat mengganggu dan bukan main berisik.
Setelah duduk di SMP kelas 2, saya mulai ingin ikutan ngebreak kayak orang orang itu, tapi saya tidak tahu bagaimana bikin pemancar? saya masih sangat awam. Tidak kekurangan akal setiap hari saya datang ke tukang service radio (jaman itu banyak). Sambil memperhatikan orang nyolder saya sering tanya..."bagaimana cara bikin pemancar" rata rata tukang service itu tidak tahu, hanya mengatakan sama saja dengan radio, cuma dibalik. Saya bingung radio dibalik?...sampai dirumah radio saya balik...terus ? tidak terjadi apa apa. Ternyata yang dimaksud prinsip dasarnya. Kemudian saya ke toko buku lowak...eee kebetulan nemu buku tentang membuat pemancar tabung. Saya sama sekali tidak paham membaca skema tabung, Saya hanya bisa menahan diri sampai suatu saat teman saya mendapat skema pemancar 3 transistor dari sahabat pena-nya.
Berbekal skema pemancar 3 transistor, saya mulai coba coba merakit menggunakan PCB bolong bolong. Kaki kaki komponen dihubungkan menggunakan kabel dan disolder. Waktu itu saya belum tahu kalau pemancar itu terdiri dari blok osilator, blog buffer, blog driver, blog final dan blog tank coil/ antenna maching. Jadi apa yang ada di skema langsung dibikin, hasilnya seperti osilator yang besar sekitar 10 watt karena seingat saya transistor terakhir menggunakan 2SC1162. Sampai disitu saya masih binggung, bagaimana memasukkan suara ke dalam pemancar (memodulasi). Apalagi saya tidak punya cukup uang untuk membuat amplifier dan penguat microphone. Akhirnya dari ujung trafo OT-240 saya masukkan langsung ke outputnya tape. Saya rekam suara saya terlebih dahulu, kemudian saya stel tapenya, sehingga saya dapat mendengar suara saya dari radio. Dengan radio transistor kecil saya ngontel speda sejauh mungkin sampai pemancar saya tidak dapat diterima lagi. ternyata jaraknya cuma sekitar satu kilometer. Karena penasaran saya naikkan antena ke pohon cemara di depan rumah. hasilnya lumayan sampai 15 km, hal ini saya ketahui karena ada breaker yang marah marah karena frekwensi yang sedang dipakai orang itu tertimpa siaran dari radio saya. Akhirnya dalam seminggu saya menjadi buron. Jadi ada semacam fox hunting dengan target pemancar saya. Setelah ketahuan saya ditegur sama orang cina anggota amatir radio call signnya YC2-KB. Saya dilarang mengudara. Saya tidak lagi mengudara, tapi diam diam saya belajar lebih baik lagi untuk bisa membuat pemancar yang lebih canggih.
Setelah sekitar dua tahun absen tidak on air dengan pemancar gelap asal asalan, saya mulai bisa merakit pemancar empat tingkat dengan pengetahuan tentang RF yang lebih baik. saya benar benar belajar dari buku buku tentang pemancar yang belakangan saya dapat seperti dari karangan Wasito, juga sudah mengenal persamaan transistor dari buku vademacum transistor. Saya juga sudah bisa mendesain sendiri pemancar seperti yang saya mau.
Nekad on air lagi dengan pemancar baru lengkap dengan modulatornya.
Pada suatu malam ada suara "this is all Indonesian Contest...bla bla...YB zero AA..." diam diam saya zero beat kesana. Dengan tenangnya saya saya nyaut "YB zero AA, this is candidate amateur from Pekalongan can you read me...over..?" di tengah crowded ratusan pemancar yang on air bersamaan di frekwensi yang sama.bayangkan...!!! Tidak berapa lama YB zero AA menjawab satu per satu orang orang yang sudah didata. Hebatnya nama saya disebut. "calon amatir dari Pekalongan, mohon anda turun, anda tidak berhak ada disini...terima kasih atas pengertiannya...".
Besoknya saya diuber uber sama "pengurus" amatir radio local. Mereka main ke rumah saya dan melihat pemancar saya yang cuma sebesar satu slop rokok bisa tembus kemana mana....
Biasanya pecinta radio gelombang pendek sudah tidak asing dengan dunia ngebrik di 3.0 - 4.0 Mhz. Jaman itu sekitar tahun 1970 - 1980 frekwensi itu sangat crowded, apalagi setelah TVRI off-air. Seolah olah ada peraturan tidak tertulis (baca: anggapan) kalau 100m digunakan oleh calon delta (calon anggota radio amatir - radio gelap untuk belajar menjadi amatir radio), dan setelah lulus ujian dan mendapat call sign baru naik ke 80m atau 3.5 - 3.9 Mhz (ini alokasi frekwensi resmi untuk anggota amatir radio dari Telkom).
Bermula dari kegemaran saya mendengar radio gelombang pendek sejak saya kelas 6 Sekolah Dasar, Hampir setiap hari saya mendengarkan Radio Australia seksi Indonesia, BBC London, Radio Nederland, Radio Jerman (Deutche Welle), Radio Malaisia, Radio Veritas Philipina, Radio Arab Saudi, Radio Mesir dan hampir semua RRI se nusantara saya ikuti. Setelah SMP saya mulai tertarik mendengarkan berita BBC, malangnya salah satu frekwensi BBC London berdekatan dengan frekwensi amatir radio yaitu sekitar 3.97 MHz. Jadi siaran dari BBC sering berbenturan dengan orang ngebrik. Dari situlah awal mula saya tertarik mendengarkan orang ngebrik dari orang orang amatir radio seluruh nusantara. Yang masih saya ingat sampai sekarang adalah YC1-JJ (double juliet - dari Sumedang) , YC3-MJ dari Mojoagung). Pemancar mereka bisa sampai manca negara. Entahlah pakai tabung apa mereka...mungkin sejenis 813 diparalel sepuluh buah...!!!
Kalau orang tidak pernah merasakan indahnya memonitor radio amatir tentu kupingnya tidak terlatih membedakan suara suara orang yang sedang berkomunikasi, karena suaranya bercampur aduk dengan suara morse, orang sedang zero-beat dan tuning, dan ratusan pemancar lain yang sedang on-air di frekwensi yang sama atau berdekatan. Istilah pak Krisna (double Juliet) suaranya "cemuit wawewo wawewo" entah bahasa apa itu, tapi saya paham maksudnya crowded bertumpuk tumpuk. Saking seringnya mendengar suara semrawut seperti itu membuat saya merasa nyaman dan bisa jadi penghantar tidur, padahal untuk ukuran orang "normal" suara itu sangat mengganggu dan bukan main berisik.
Setelah duduk di SMP kelas 2, saya mulai ingin ikutan ngebreak kayak orang orang itu, tapi saya tidak tahu bagaimana bikin pemancar? saya masih sangat awam. Tidak kekurangan akal setiap hari saya datang ke tukang service radio (jaman itu banyak). Sambil memperhatikan orang nyolder saya sering tanya..."bagaimana cara bikin pemancar" rata rata tukang service itu tidak tahu, hanya mengatakan sama saja dengan radio, cuma dibalik. Saya bingung radio dibalik?...sampai dirumah radio saya balik...terus ? tidak terjadi apa apa. Ternyata yang dimaksud prinsip dasarnya. Kemudian saya ke toko buku lowak...eee kebetulan nemu buku tentang membuat pemancar tabung. Saya sama sekali tidak paham membaca skema tabung, Saya hanya bisa menahan diri sampai suatu saat teman saya mendapat skema pemancar 3 transistor dari sahabat pena-nya.
Berbekal skema pemancar 3 transistor, saya mulai coba coba merakit menggunakan PCB bolong bolong. Kaki kaki komponen dihubungkan menggunakan kabel dan disolder. Waktu itu saya belum tahu kalau pemancar itu terdiri dari blok osilator, blog buffer, blog driver, blog final dan blog tank coil/ antenna maching. Jadi apa yang ada di skema langsung dibikin, hasilnya seperti osilator yang besar sekitar 10 watt karena seingat saya transistor terakhir menggunakan 2SC1162. Sampai disitu saya masih binggung, bagaimana memasukkan suara ke dalam pemancar (memodulasi). Apalagi saya tidak punya cukup uang untuk membuat amplifier dan penguat microphone. Akhirnya dari ujung trafo OT-240 saya masukkan langsung ke outputnya tape. Saya rekam suara saya terlebih dahulu, kemudian saya stel tapenya, sehingga saya dapat mendengar suara saya dari radio. Dengan radio transistor kecil saya ngontel speda sejauh mungkin sampai pemancar saya tidak dapat diterima lagi. ternyata jaraknya cuma sekitar satu kilometer. Karena penasaran saya naikkan antena ke pohon cemara di depan rumah. hasilnya lumayan sampai 15 km, hal ini saya ketahui karena ada breaker yang marah marah karena frekwensi yang sedang dipakai orang itu tertimpa siaran dari radio saya. Akhirnya dalam seminggu saya menjadi buron. Jadi ada semacam fox hunting dengan target pemancar saya. Setelah ketahuan saya ditegur sama orang cina anggota amatir radio call signnya YC2-KB. Saya dilarang mengudara. Saya tidak lagi mengudara, tapi diam diam saya belajar lebih baik lagi untuk bisa membuat pemancar yang lebih canggih.
Setelah sekitar dua tahun absen tidak on air dengan pemancar gelap asal asalan, saya mulai bisa merakit pemancar empat tingkat dengan pengetahuan tentang RF yang lebih baik. saya benar benar belajar dari buku buku tentang pemancar yang belakangan saya dapat seperti dari karangan Wasito, juga sudah mengenal persamaan transistor dari buku vademacum transistor. Saya juga sudah bisa mendesain sendiri pemancar seperti yang saya mau.
Nekad on air lagi dengan pemancar baru lengkap dengan modulatornya.
Pada suatu malam ada suara "this is all Indonesian Contest...bla bla...YB zero AA..." diam diam saya zero beat kesana. Dengan tenangnya saya saya nyaut "YB zero AA, this is candidate amateur from Pekalongan can you read me...over..?" di tengah crowded ratusan pemancar yang on air bersamaan di frekwensi yang sama.bayangkan...!!! Tidak berapa lama YB zero AA menjawab satu per satu orang orang yang sudah didata. Hebatnya nama saya disebut. "calon amatir dari Pekalongan, mohon anda turun, anda tidak berhak ada disini...terima kasih atas pengertiannya...".
Besoknya saya diuber uber sama "pengurus" amatir radio local. Mereka main ke rumah saya dan melihat pemancar saya yang cuma sebesar satu slop rokok bisa tembus kemana mana....
Subscribe to:
Posts (Atom)